Fisika adalah ilmu tentang
alam. Dalam fisika, kita
belajar apa yang
menyebabkan alam terlihat
harmoni. Selama ratusan tahun, para
fisikawan mempelajari aturan-
aturan yang membuat alam
semesta ini terlihat harmoni.
Aturan-aturan ini kemudian
dikenal sebagai hukum-hukum fisika. Dalam Fisika, ada empat
hukum atau fenomena yang
menarik yaitu fenomena
gerak benda dan
penyebabnya (fenomena Newton) , fenomena relativistik (fenomena Einstein) , fenomena ketidakpastian (fenomena kuantum) dan fenomena pengaturan diri
ketika suatu sistem berada
pada kondisi kritis, yang saya
namakan fenomena mestakung. Tiap-tiap fenomena ini terjadi
pada situasi dan kondisi
tertentu yang unik. Merupakan
hal menarik melihat
bagaimana hukum-hukum
fisika bekerja pada tiap-tiap fenomena dan diterapkan
dalam konsep kepemimpinan. Fenomena Newton Pada sekitar abab ke-18,
Newton memperkenalkan tiga
hukum gerak. Menurut hukum
pertama, benda cenderung
mempertahankan keadaannya
(malas berubah) jika tidak ada yang mengganggunya.
Sedangkan menurut hukum
kedua, benda dapat berubah
jika mendapat gaya. Makin
besar gaya, makin besar
perubahannya. Hukum ketiga menunjukan bahwa benda
yang mendapat gaya aksi
akan memberikan gaya reaksi
yang besarnya sama dengan
gaya aksi tersebut. Ketiga hukum Newton ini
bekerja optimum pada sistem
inersial (sistem yang tenang,
stabil, tidak dipercepat atau
tidak dalam keadaan chaos). Dalam kepemimpinan, hukum
Newton ini dapat diterapkan
pada kondisi organisasi yang
tenang atau dibuat tenang.
Pada kondisi tenang orang
cenderung malas bergerak (ini sesuai dengan hukum I
Newton). Pemimpin yang
dibutuhkan di sini adalah
pemimpin yang tegas dalam
memutuskan sesuatu
(termasuk dalam award dan punishment), keras (otoriter),
mempunyai visi jelas dan
terukur serta mempunyai daya
dobrak. Visi menjadi salah
satu gaya atau pendorong
untuk mempercepat kemajuan organisasi ini (hukum II
Newton). Dengan daya dobrak
yang dimiliki, pemimpin ini
akan mampu menghadapi
kelembaman (kemalasan) dari
orang-orang yang dipimpinnya dan mampu
memberikan stimulir-stimulir
agar organisasi terus
bergerak. Sikap tegas dan
keras dibutuhkan untuk
membuat kondisi tenang, stabil dan bergairah. Hasil
akan lebih optimum jika
organisasi mempunyai SDM
(sumber daya manusia) atau
SDA (sumber daya alam) yang
kuat. Indonesia pada masa orde
baru adalah contoh yang baik
untuk kepemimpinan model
ini. Almarhum Soeharto
dengan ketegasannya
membuat negara tenang secara militer. Kemudian ia
memperkenalkan visi yang
terukur dalam bentuk
REPELITA (Rencana
Pembangunan Lima Tahun). Ia
terus memberikan stimulir- stimulir sehingga roda
perekonomian terus bergerak
dan makin lama, makin cepat.
Kemajuan demi kemajuan
dicapai karena ditopang juga
oleh SDA Indonesia yang luar biasa. China juga melakukan hal
yang serupa. Saat ini dalam
situasi yang tenang, China
mempercepat pembangunan
dengan memberikan stimulir-
stimulir bagi para investor. Para ilmuwan dipanggil untuk
pulang kampung, menjadi
gaya-gaya penggerak
perekonomian. Keberhasilan
China ini juga karena mereka
mempunyai SDM yang sangat bagus. Pada era otonomi daerah ini,
kepemimpinan model ini
dibutuhkan untuk daerah-
daerah yang SDA-nya luar
biasa banyak tetapi masih
kelihatan lambat majunya seperti daerah-daerah di
Indonesia Timur. Bersambung .....