Pandangan
yang paling akurat yang diajukan oleh para fisikawan, terkait dengan
unsur asli pembenetuk materi pertama alam semesta menetapkan bahwa alam
materi, pada awalnya terbentuk dari unsur sodium padat yang menghuni
sebuah ruang. Hal ini terjadi pada masa-masa yang sangat jauh berkisar
13 miliyar tahun sebelumnya dan akibat ledakan dahsyat materi ini
terbagi menjadi beberapa bagian dan partikel lainnya. Matahari,
bintang-gemintang, galaksi, langit, bumi dan sebagainya dengan ukuran
dan volumenya masing-masing, terbentuk bagian-bagian yang terbagi ini.
Para penafsir al-Qur'an dan komentator Nahj al-Balâgha
dengan memperhatikan kemampuan-kemampuan ilmu baru dan kemajuan sains,
teori-teori dan pandangan-pandangan dari fisikawan, menafsirkan
ayat-ayat dan riwayat yang terkait dengan masalah ini: "Tanpa ragu
bahwa yang dimaksud dengan redaksi "dukhan" (asap) dalam al-Qur'an bukanlah asap yang dikenal secara umum; karena asap dikenal berasal dari api. Sementara dukhan
(asap) dalam bahasa al-Qur'an bukanlah bersumber dari api, melainkan
dari asap yang berasal dari air akibat banyaknya gelombang-gelombang.
Karena
itu, ucapan Amirul Mukminin As yang menegaskan bahwa penciptaan
semesta berasal dari air tidaklah berseberangan dengan al-Qur'an;
karena kita tidak memiliki dalil-dalil dan bukti-bukti bahwa yang air
dimaksud oleh Baginda Ali adalah air yang terbentuk dari oksigen (O2)
dan hydrogen (H20). Bahkan boleh jadi yang dimaksud oleh Imam Ali As
adalah materi madzâb (yang mencair). Lantaran masyarakat pada waktu itu belum mengenal materi madzâb (yang mencair) sehingga beliau menyebut materi tersebut sebagai air; karena materi madzâb (yang mencair) juga seperti air yang mengalir dan selalu bergerak (in flux).
Sebagai hasilnya, pandangan Imam Ali dengan teori baru yang mengatakan: Materi utama alam semesta adalah madzâb (yang mencair) tidak bertentangan antara satu dengan yang lain; karena Imam As berkata: "Karena akibat pengaruh gerakan air (atau materi madzâb (yang mencair)) terbentuklah buih. Dan yang dimaksud dengan buih adalah atom-atom yang berasal dari bahan madzâb (yang mencair)
naik ke atas dan kemudian terpisah darinya; artinya sebagian besar
berpisah darinya dan naik dalam bentuk asap dan dari asap langit dan
buih itu sendiri terciptalah bumi. Karena itu bumi juga berasal dari
materi madzâb (yang mencair) dan selepas itu tertutup di atasnya.
Persoalan di atas ini dapat dicocokkan dengan teori – big bang – yang berkata: "Atom-atom terlepas dari madzâb (yang mencair) dan kemudian hasilnya adalah bumi." Karena
itu, pandangan al-Qur'an, riwayat dan teori ilmuan baru tentang materi
pertama semesta dapat dihimpunkan dan disatukan. Dan hal ini dapat
dilakukan dengan penafsiran redaksi "air" dan "asap" yang disebutkan
dalam al-Qur;an sebagai materi madzâb (yang mencair) dan gas.
Kendati demikian kita tidak boleh melupakan beberapa poin berikut ini:
1. Meski
secara lahir dari al-Qur'an dan sains dapat disimpulkan bahwa alam
semesta pada permulaannya terbentuk dari gas. Akan tetapi al-Qur'an
tidak memiliki matlab yang tegas terkait dengan unsur-unsur lainnya
seperti teori big-bang.
2. Dengan
memperhatikan jumlah teori terkait dengan awal penciptaan dan tiadanya
penetapan definitifnya, sementara ini tidak satu pun dari teori ini
secara definitif dapat disandarkan kepada al-Qur'an. Al-Qur'an
merupakan kitab petunjuk (hudan) bukan kitab Fisika atau Kimia.
Al-Qur'an dalam merealisasikan petunjuk ini terkadang menengarai
masalah semacam ini. Oleh itu, di sini kita berada pada tataran apa
yang dikemukakan dalam Islam sebagai contoh dari kemampuan multi
pembahasan dan kemukjizatan al-Qur'an.
3. Apabila kelak suatu hari teori big-bang
dapat ditetapkan dan dibuktikan secara definitif maka matlab ini akan
menetapkan kemukjizatan ilmiah al-Qur'an, karena hal ini merupakan
jenis penyingkapan rahasiah ilmiah al-Qur'an.