Astronom menggunakan data dari Teleskop
Antariksa sinar Gamma Fermi milik NASA membuat pengukuran sinar bintang
paling akurat di alam semesta dan memakainya untuk menghitung jumlah
total cahaya dari semua bintang yang pernah bersinar, memenuhi tujuan
misi yang utama.
“Cahaya
tampak dan ultraviolet dari bintang terus bergerak di alam semesta
bahkan setelah bintang tersebut berhenti bersinar, dan ini menciptakan
medan radiasi fosil yang dapat kita jelajahi menggunakan sinar gamma
dari sumber jauh,” kata kepala ilmuan Marco Ajello, seorang peneliti
pasca doctoral di Kavli Institute for Particle Astrophysics and
Cosmology Stanford University California dan Space Sciences Laboratory
University of California Berkeley.
Sinar
gamma adalah bentuk cahaya yang paling berenergi. Sejak peluncuran
Fermi tahun 2008, Large Area Telescope (LAT) mengamati seluruh langit
mencari sinar gamma energi tinggi setiap tiga jam, menciptakan peta alam
semesta paling detail mengenai energi ini.
Jumlah
total sinar bintang di alam semesta diketahui para astronom sebagai
cahaya latar belakang luar galaksi – extragalactic background light
(EBL). Untuk sinar gamma, fungsi EBL seperti semacam kabut kosmik.
Ajello dan timnya menyelidiki EBL dengan mempelajari sinar gamma dari
150 blazar, atau galaksi yang ditenagai oleh lubang
hitam, yang dengan kuat dideteksi memiliki energy lebih besar dari 3
miliar electron volt (GeV), atau lebih dari satu miliar kali energi
cahaya tampak.
“Dengan lebih dari
seribu yang telah dideteksi saat ini, blazer adalah sumber paling umum
yang dideteksi Fermi, namun sinar gamma pada energy ini hanya sedikit
dan jauh, itu mengapa perlu empat tahun data untuk membuat analisis
ini,” kata anggota tim Justin Finke, astrofisikawan dari Naval Research
Laboratory Washington.
Saat materi
jatuh ke lubang hitam supermasif galaksi, sebagian darinya dipercepat
keluar pada kecepatan nyaris sama dengan cahaya dalam jet yang menuju ke
arah berlawanan. Ketika satu dari jet ini kebetulan mengarah ke Bumi,
galaksinya tampak sangat cemerlang dan digolongkan sebagai sebuah
blazar.
Sinar gamma yang dihasilkan
dalam jet blazar bergerak melintasi miliaran tahun cahaya ke Bumi. Saat
perjalanannya, sinar gamma melewati kabut cahaya tampak dan ultraviolet
yang dipancarkan oleh bintang yang terbentuk sepanjang sejarah alam
semesta.
Biasanya, sinar gamma
bertabrakan dengan sinar bintang dan mengubahnya menjadi pasangan
partikel – satu elektron dan pasangan anti materinya, satu positron.
Ketika ini terjadi, sinar gamma hilang. Akibatnya, proses ini
mengecilkan sinyal sinar gamma mirip seperti kabut membuat redup
mercusuar yang jauh.
Dari studi pada
blazar dekat, para ilmuan telah menemukan seberapa banyak sinar gamma
harus dipancarkan pada energi tertentu. Blazar yang lebih jauh
menunjukkan lebih sedikit sinar gamma pada energy tinggi – khususnya di
atas 25 GeV – karena penyerapan oleh kabut kosmik.
Blazar terjauh kehilangan paling banyak sinar gamma energi tingginya.
Para
peneliti kemudian menentukan atenuasi rata-rata sinar gamma sepanjang
tiga jangkauan jarak antara 9.6 miliar tahun lalu dan sekarang.
Dari
pengukuran ini, para ilmuan mampu memperkirakan ketebalan kabut. Untuk
mempertimbangkan pengamatan, rata-rata kepadatan bintang di alam semesta
adalah sekitar 1,4 bintang per 100 miliar tahun cahaya kubik, yang
artinya rata-rata jarak antar bintang di alam semesta adalah sekitar
4.150 tahun cahaya.
Sebuah makalah menjelaskan temuan ini dalam Science Express.
“Hasil
Fermi membuka kemungkinan menarik dari pembatasan periode pembentuk
bintang alam semesta tertua, sehingga memberi panggung bagi James Webb
Space Telescope NASA,” kata Volker Bromm, astronom dari University of
Texas, Austin, yang berkomentar atas temuan ini. “Secara sederhana,
Fermi memberi kita gambaran bayangan bintang pertama, sementara Webb
akan secara langsung mendeteksinya.”
Mengukur cahaya latar belakang ekstra galaksi adalah salah satu tujuan misi utama Fermi.
“Kami
sangat gembira mengenai prospek memperluas pengukuran ini lebih jauh
lagi,” kata Julie McEnery, ilmuan proyek misi dari Goddard Space
Flight Center Greenbelt, Md.
Goddard
mengatur rekanan penelitian fisika partikel dan astrofisika Fermi. Fermi
dikembangkan dalam kerjasama antara Kementrian Energi AS dengan
kontribusi dari lembaga akademis dan mitra dari Prancis, Jerman, Italia,
Jepang, Swedia, dan AS.
Sumber berita:
Referensi jurnal:
Ackermann et al.
The Imprint of the Extragalactic Background Light in the Gamma-Ray Spectra of Blazars.
Science, 2012; DOI:
10.1126/science.1227160